SKENARIO TERBAIK
Hari itu, hari minggu. Dan besok Aku resmi duduk dibangku kelas 11 SMA. Aku sudah mempersiapkan segalanya, tampang ‘sok manis’pun telah Aku latih berkali – kali di cermin, jaga jaga saja, takut ketika Aku tidak sengaja lewat, tiba tiba banyak yang menyapa “kak Hanum, selamat pagi” atau “hai kak Hanum yang cantik” membayangkannya saja, Aku tersenyum sendiri.
Awalnya semua baik baik saja, tak
lama setelah itu, Ibu mengabari bahwa kami sekeluarga harus pindah ke Cianjur
karena Ayah di pindah tugas kesana, pupus sudah harapanku. Oke, Aku
menerimanya, ini takdir. Tunggu, maksud dari pindah rumah, berarti Aku harus
pindah sekolah juga? Dan nantinya di kelas baru, Aku akan berdiri di depan
kelas, dipertontonkan seisi kelas, dan mulai bercerita dengan cerita berjudul
‘Aku’? Hell. Itu membosankan.
Kehidupanku akan berjalan sempurna
sampai ada satu orang saja yang nyapa “kak Hanum yang cantik”, itu saja kok,
hanya itu. Aku ‘keukeuh’ tidak mau ikut pindah, Aku hanya ingin mendengar
sapaan juniorku. Berlebihankah?. Setelah memikirkannya kembali, ditambah
kekalahanku oleh rayuan Ibu, Aku menyetujuinya, Aku setuju pindah ke Cianjur.
Aku tak lagi memperdulikan sekolah baru, Aku tak ingin egois.
Esoknya, semua barang hampir
selesai dikemas. Aku masih memisahkan barang barang yang mungkin tak akan Aku
pakai lagi. Kata Ibu pisahkan saja, nanti akan kita sumbangkan. Jika
diperbolehkan jujur, Sebenarnya awal tahun ajaran baru ini, sangat kunanti.dan
mungkin akan berujung pada persoalan ‘sapa menyapa’. Ah sudahlah tak perlu
dibahas. Miris sekali.
Pengemasan selesai, kamipun berangkat
segera. Jasa pindah rumah membuat segalanya menjadi mudah. Semua barang
diposisikan di mobil pick up yang sejak kami keluar dari ‘mantan rumah’
sampai setengah perjalanan ini, terus mengikuti arah mobil kami. Entah belok ke
kanan atau ke kiri, bahkan saat berhenti. Rasanya Aku ingin teriak “woy, duluan
aja sana”, ternyata Supir tersebut belum tahu dimana alamat yang akan kami
tuju, begitu sih kata Ayah. Kali ini Aku mengizinkan Anda Pak Supir, untuk
mengikuti mobil kami semau Anda, terserah. Aku hanya khawatir Anda ‘nyasar’,
Aku tak ingin malam ini tidur beralaskan koran, kalau tikar sih masih tak apa,
toh tikarpun diletakkan di pick up. Yasudah wassalam.
Di perjalanan,Ibu tak henti
hentinya ‘mengoceh’ ria. Suasana di Cianjur menjadi tema utama, Aku hanya
mengangguk,malas. “Ayah, bisa tolong
putar beberapa lagu, Aku bosan” Aku membuang nafas kasar. “oke” Ayah mulai
menekan beberapa tombol, setelah itu terdengar suara ‘bocah’ laki laki
melantunkan Ayat suci Al – Quran. Suaranya begitu merdu, bacaannya fashih,dan
Aku tak tau surah apa yang sedang dibaca bocah itu?. “Ayah, surah apa yang
dibaca anak itu?” tanyaku penasaran. “anak itu tidak membacanya sayang” pandangan
Ayah tetap tertuju pada jalan “lalu?” Aku penasaran,sungguh. “Dia menghafalnya”
kata Ayah santai “maksud Ayah, tanpa melihat?!” Ayah hanya mengangguk. Sungguh
Aku kaget, pasti usianya masih sangat muda, terdengar saat melafadzkan
basmalah, dan pada huruf ‘ro’ anak itu membacanya ‘lo’. Berapa ya, kira kira
usia anak itu. Aku kira, Aku ini sudah hebat dengan hafalan juz ‘amma yang
kupunya, ternyata nol.
Perjalanan kami, masih ditemani
lantunan merdu anak laki laki itu. “oh iya” Ibu menoleh ke arahku, sepertinya
Ibu ada pembahasan baru setelah Cianjur, semoga saja. “Ibu ingat, yah apa teman
satu kos Ayah dulu masih tinggal di Cianjur?” Ayah mengangguk “siapa bu?” Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal
“teman Ayah itu, punya seorang Anak laki laki” Ibu menarik nafas sebentar
“kalau tidak salah, dia itu seumuran denganmu Hanum. Nah, anak laki laki itu
juga punya hafalan Quran lumayan banyak, terakhir kali hafalannya sudah 7 juz, sekarang
mungkin makin bertambah” Aku jadi penasaran, rasanya ingin bertemu lalu menguji
seluruh hafalannya, Hahaha “seingat Ibu namanya itu, hmm Rifki, benar begitu
yah?” lagi lagi Ayah mengangguk. Sungguh Aku sangat penasaran.
•••
Waktu indonesia bagian barat
menunjukkan pukul 05:30. Matahari masih bersembunyi, tapi sebagian orang sudah
melaksanakan aktivitasnya, tak terkecuali Aku. Pukul 04:00 pagi tadi Aku sudah
bangun, lalu bergegas mandi. Barang barang sudah sebagian tertata, bagian kamar
paling diprioritaskan, jadi semalam kami bisa tidur nyenyak. Aku baru saja
selesai melipat mukena bunga bungaku, lalu menaruhnya asal dipinggir ranjang.
Salah Ayah, yang belum memasang gantungan dikamarku. Setelah itu kami sarapan
bersama sama. Nasi goreng dan telur dadar menjadi menu di pagi ini. “segalanya
sudah siap sayang?” Ibu melirikku sebentar lalu kembali asyik dengan makanannya
“tinggal mental aja bu, lupa taruhnya dimana” celetukku, Ayah hanya tersenyum.
Oh iya, hari ini hari ketiga di tahun ajaran baru, dan Ibu mendaftarkanku di
MAN Cianjur. Padahal banyak SMA swasta yang lumayan, Aku tak paham jalan
pikiran Ibu. “baca Basmallah banyak banyak. Insya Allah, Allah beri kemudahan”
Aku mengangguk “kalau sudah siap, tunggu di depan. Ibu antar kamu ke sekolah”
Aku langsung sumringah “serius bu?” tanyaku semangat “iya, ini kan hari
pertamamu ke Sekolah. Jadi, Ibu harus memastikan kamu benar benar ke Sekolah”
memangnya Aku mau kemana? Aku baru tiga hari di Cianjur, tempat ini begitu
asing bagiku.
Ibu membawa mobil kami berbelok
ke kanan, lalu saat di pertigaan Ibu lebih memilih menelusuri jalan lurus. Di
ujung jalan ada gapura kecil yang hanya bisa di lewati satu mobil, bertuliskan
MAN CIANJUR. Jantungku langsung berdegup. Semua orang mengenakan batik sekolah,
haduh kalau seperti ini, terlihat sekali Aku anak barunya. Aku mengenakan
seragam putih abu SMA dulu. Bet lokasi KOTA BOGOR belum sempat Aku lepas. Tak
apa lah, hari ini saja.
Aku pamit sambil mencium tangan
Ibu “doakan Hanum ya bu” Ibu tersenyum “Insya Allah”. Mobil Ibu sudah tak
terlihat lagi dibelokkan, Aku masih diam menatap hilangnya mobil, sampai ada seorang
perempuan menghampiriku “Assalamualaikum”sapa perempuan itu lembut, Aku hanya
tersenyum kaku belum menjawab “waalaikumsalam” canggung sekali. “kamu pasti
Hanum ya, Anak pindahan itu?” wah, Aku sudah terkenal rupanya. “mari ikut Aku,
akanku tunjukkan kelasmu. Oh iya, sebelumnya perkenalkan namaku Waliya Izza,
kamu bisa panggil Aku Lia” Aku hanya mengangguk. “kalau tidak salah, kamu pilih
jurusan Agama ya? Kelas XI Agama itu, di lantai dua, ayo ke sebelah sini”
bolehkah Aku pingsan saja?! Agama? Jurusan Agama? Bahkan Ibu tidak membiarkan
Aku memilih jurusan sendiri. Aku tidak paham jalan pemikiran Ibu. “nah, Ini
kelasmu. Kalau kamu butuh bantuan, datang saja ke kelasku, kelasku disebrang
sana. XI IPA 1” Aku mengangguk, itu kelas impianku, itu kelasku di SMA dulu,
itu kelasku yang membawaku ikut serta Ajang Sains tingkat nasional dulu, Aku iri.
“sudah ya, Aku ke kelas dulu, Assalamualaikum” Aku tersenyum sambil menjawab
salam itu dalam hati.
Ragu ragu Aku masuk ke dalam kelas, sepi sekali disini, baru beberapa bangku terisi. Pantas saja, jam di pergelangan tanganku baru menunjukkan pukul 06:20. Semua orang langsung menatapku heran, ini orang salah masuk kali ya.. baju gak seragaman lagi, dih gak malu apa, begitu mungkin yang ada di benak mereka. Aku tersenyum kikuk menanggapi nya. Setelah beberapa menit Aku masih mematung di depan pintu, Aku bingung, dimana bangku yang harus kutempati?. “woy, jangan di Pintu dong, buruan masuk” celetuk seorang Laki laki sambil mendorong tubuhku masuk kedalam kelas. Badanku langsung terhuyung, kuat sekali tenaganya, padahal tadi Aku sudah sarapan Nasi goreng, tapi tenagaku masih belum ada apa apanya dibanding lelaki itu, kira kira Ia sarapan apa ya tadi pagi? Agar aku bisa menyarankan Ibu untuk menu sarapan esok.
Belum sempat Aku bertanya, lelaki
itu memanggil temannya dengan panggilan
‘Jaka’ begitu sih yang Aku dengar
“ke kantin yuk Jak. Ane belum sarapan nih di rumah” Aku dibuat ternganga oleh
perkataan laki laki itu barusan, belum sarapan tapi tenaganya sudah mirip
hulk, salut salut. Aku masih ‘celingak celinguk’ disini, tak ada yang ingin
menolongku apa? Sungguh, saat ini Aku butuh pertolongan “Assalamualaikum"
kata seorang perempuan yang beberapa detik lalu baru sampai, terlihat Ia masih
mengenakan ranselnya. “eh, kamu anak baru ya” Alhamdulillah Akhirnya ada yang
peduli, Aku hanya mengangguk. Seisi kelas ini langsung menoleh tertarik, jadi
dari tadi mereka tidak menyadari kehadiranku? Atau sengaja tak peduli? Sebal.
“perkenalkan, namaku qurrota a‘yun, kamu bisa panggil Aku yuyun” sungguh
perempuan yang cantik. Jilbab yang Ia kenakan terulur melebihi pinggang. “kalau
kamu? Siapa namamu?” ‘kriiiiiiiiiiiiing’
bel tanda mulainya kegiatan belajar mengajar sudah berbunyi, Aku gagal
menyebutkan namaku.
Yuyun menarik tanganku agar Aku
mengikutinya, ternyata Ia memberi Aku tempat duduk, Akhirnya. Jasamu akanku
kenang selalu Yun. Satu persatu penghuni kelas ini mulai berdatangan,
sepertinya mereka sudah datang dari tadi, tapi tak segera ke kelas, atau mereka
ke kantin dulu untuk sarapan, seperti niat lelaki tadi, mungkin. Kelas telah
terisi penuh, tapi mereka sama sekali tak menyadari keberadaanku, atau Aku yang
tak kasat mata? Ah masa, tidak mungkin. Setidaknya mereka tersenyum padaku,
tapi ini? Ah sudahlah, Aku tak memaksa. Ruang kelas hening seketika, terdengar
suara langkah kaki yang berirama, Aku tebak, ini langkah seorang guru
“Assalamualaikum anak anak” seratus untukku “waalaikumsalam” sepertinya
waktunya akan tiba “apa kabarnya hari ini?” waktu yang paling tak Aku suka
“Alhamdulillah bu” Aku harap waktu berjalan lambat “Alhamdulillah, oh iya hari
ini kita kedatangan teman baru loh” jantungku berdegup kencang “silakan nak,
perkenalkan dirimu” shit. Aku berdiri, lantas berjalan perlahan ke depan
kelas, sedari Aku berdiri, melangkah, hingga berhasil berada di depan kelas,
mata mereka terus mengikutiku, seram. Setelah itu, mereka melakukan scan terhadap
penampilanku, dan berhenti tepat ke arah sepatuku, mata mereka semua. Apa ada
yang salah dengan sepatuku? Aku hanya mengenakan sepatu converse putih biasa, tak ada yang aneh,
memang agak ‘buluk’, tapi bersih telah Aku cuci.
“hai, nama gu..mm..saya Hanum
Amara Humaira. Terserah kalian mau panggil saya apa, biasanya sih pada manggil
Hanum” hening seketika. “hehehehehe” tertawa miris.KRIK. yang Aku takuti benar
benar terjadi, Aku masih berdiri dan tak ada respon sama sekali,
“assalamualaikum, ya akhi ya ukhti” lelaki bertenaga hulk itu bernyanyi,
astaga ternyata Aku lupa mengucapkan salam. Barusan itu kode darinya “maaf
maaf, saya akan ulangi” Aku menarik nafas panjang “assalamualaikum” sapaku
“waalaikumsalam warohmatulloh” jawab mereka serempak, leganya.